Titik Degradasi Demokrasi - SOE POST

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 18 September 2020

Titik Degradasi Demokrasi

MANUS.ID,Opini - Yang sedang kita lalui sekarang adalah hari-hari yang sedang sangat rawan bagi kehidupan hati nurani, akal sehat dan kemanusiaan. 

Hari-hari penghancur logika, kita terjerat dalam parastatologi dalam berlogika istilah Rocki Gerung. penjungkir-balik rasionalitas dan peremuk kejujuran.

Hari di mana pengetahuan dan ilmu manusia diselubungi oleh kegelapan, atau sekurang-kurangnya keremangan.

Hari-hari di mana manusia, kelompok masyarakat, lembaga dan birokrasi sejarah, bukan saja tidak memiliki akurasi, kejernihan dan kejujuran dalam menatap hal-hal di dalam kegelapan, tapi lebih dari itu, bahkan tidak bisa bedakan antara cahaya dan kegelapan, sebut saja karakter primitif.

Inilah hari-hari di mana kebanyakan manusia bukan hanya kehilangan alamat kemanusiaannya, alamat rohaninya, alamat moralnya, lebih dari itu juga kehilangan alamat sosialnya, alamat politik, ekonomi dan kebudayaannya.

Inilah hari di mana standar pengetahuan bersifat terlalu cair, di mana pilar ilmu dan pandangan kabur pada dirinya sendiri, di mana kepastian hukum bersifat gampang, mudah dilunakkan dan diubah bentuk maupun substansinya.

Inilah hari-hari di mana makhluk kekal yang bernama rakyat tidak dipandang sebagai Ibu dari siapapun, melainkan lebih diperlakukan sebagai anak-anak kecil, Rakyat hanya dipandang sebatas objek dari kepentingan segelintir

Inilah hari-hari di mana makhluk yang bernama politik tidak lagi mengenali dirinya sebagai anak dari kedaulatan rakyat. Di mana para pelakunya politik hanya mementingkan kepentingannya diatas penderitaan banyak orang..

Para pelaku kedzaliman merasa tidak enak terhadap perasaannya sendiri, sehingga mereka berusaha menutup-nutupinya bungkus kemuliaan dan label keluruhan � sampai Inilah hari-hari di mana kejahatan memproduk kebodohan.

Di mana kebodohan, yang bekerja sama dengan suatu jenis kepandaian tertentu, mendorong terciptanya kejahatan. Di mana kebodohan berdialektika dengan kejahatan untuk memproses lahir dan berkembangnya destruksi-destruksi sistemik dan structural atas bumi, nilai-nilai dan manusia.

Inilah hari-hari saInilah hari-hari sarat penyakit. Hari-hari penuh penyakit di dalam diri manusia. Penyakit dalam kalbu, yang meruak pikiran, kita suburkan, 

bahkan kita agung-agungkan, sehingga Tuhan membengkak menjadi gumpalan-gumpalan besar karena memang demikian sifat dan kesukaanNya.penyakit sikologi Ansetk disolder kata kang jalal penyakit.

Hari-hari penuh penyakit di dalam diri manusia. Penyakit dalam kalbu, yang meruak pikiran, kita suburkan, bahkan kita agung-agungkan, sehingga Tuhan membengkak menjadi gumpalan-gumpalan besar � karena memang demikian sifat dan kesukaanNya.

Penyakit-penyakit dengan omset ekonomi politik yang tinggi, dengan mobilitas total hampir di seluruh wilayah penjaringan kekuasaan, dengan penekanan-penekanan konstan agar institusi-institusi informasi dan komunikasi menjadi kepanjangan tangan dari kezholiman.

serta kemudian dengan peralihan sejumlah kambing-hitam yang periodik dengan sejumlah sesaji zaman yang bukan hanya dilabuh melainkan juga dicacah-cacah secara kolektif dalam atmosfir hukum rimba kebudayaan.

Jalanan zaman yang sedang kita lewati sekarang ini adalah jalanan yang sedang licin-licinya, namun berserakan batu-batu terjal di sana-sini. Di tempat-tempat tertentu yang semula tidak licin, hari-hari ini ia ditaburi cairan-cairan penggelincir.

Jalanan ini menggelincirkan manusia ke berbagai arah, di mana sebagian itu dirancang, direkayasa, dengan tingkat kecanggihan strategis dan taktis yang gelap di mata para pakar namun seluruh dunia tak meragukannya.

Inilah hari-hari sarat penyakit. Hari-hari penuh penyakit di dalam diri manusia. Penyakit dalam kalbu, yang meruak pikiran, kita suburkan, 

bahkan kita agung-agungkan, sehingga Tuhan membengkak menjadi gumpalan-gumpalan besar karena memang demikian sifat dan kesukaanNya.penyakit sikologi Ansetk disolder kata kang jalal.

Penulis : Iswan Dahlan
Editor   : Redaksi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman