PEMALI DALAM KONTEKS MASYARAKAT DAWAN - SOE POST

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 01 Februari 2022

PEMALI DALAM KONTEKS MASYARAKAT DAWAN




Penulis : Doni Kollo

Nusa Tenggara Timur merupakan propinsi dimana terdapat suku-suku besar yang memiliki tradisi-tradisi yang unik. Setiap suku yang ada didalamnya memiliki tradisi-tradisi yang berbeda dimana tradisi tersebut mencerminkan kekhasan dari suku itu. 

Masyarakat dawan (salah satu suku di Nusa Tenggara Timur) memiliki banyak sekali tradisi-tradisi yang sangat unik. Salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat suku dawan adalah pemali “Nuni” dalam bahasa dawan yang berarti pantangan, Larangan.

Pemali merupakan bentuk tradisi lisan yang dipercayai sebagai bentuk larangan paling lembut yang sering kali dilakukan oleh masyarakat dawan hingga saat ini. Secara tidak langsung pemali tidak berhubungan dengan hukum agama. Nuni merupakan salah satu tradisi orang dawan yang selama ini tidak dianggap oleh sebagian orang Timor karna tidak sesuai dengan kebiasaan hidup mereka. 

Pemali/larangan ini sudah diekspresikan turun￾temurun sebagai suatu tradisi yang sangat bijaksana. Bentuk pemali yang sering dilakukan oleh masyarakat dawan kebanyakan tidak memakan daging dari setiap hewan yang menurut mereka tidak pantas. Secara garis besar, bentuk pemali yang dilakukan oleh masyarakat suku dawan memiliki dampak secara langsung. Artinya ketika melanggar, efeknya langsung di alami atau dirasakan.

Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak jaman dulu hingga saat ini. Tradisi ini bukanlah suatu larangan yang dibuat-buat tetapi memiliki latar belakang atau sejarah yang kebanyakan orang dawan tidak mengetahuinya. Maka dari itu, pemali atau nuni ini dilihat dari maknanya yang berkaitan dengan adat–istiadat, social budaya dan lingkungan 
setempat.

Khususnya dari suku Beunsila yang merupakan salah satu suku dawan, memandang tinggi tradisi ini dan melihat Nuni sebagai salah satu hukuman dari para leluhur jika tidak ditaati. Dari marga tertentu kita akan tau pantangnya apa,dan jika ditanya marganya sama dan pantangnya sama itu berarti kita sama dalam hal rumah adat, bahkan asal usul dan nenek moyang kita sama. Semisal dari keluarga yang marganya Kollo, pantangnya adalah burung puyu, dan ketika berkenalan dan ternyata dia juga pemali yang sama artinya kita satu rumah adat dan asal usul kita sama.

Sebagai tambahan, tradisi nuni atau pantang hanya berlaku untuk laki-laki dan 
perempuan yang belum berkeluarga. Ketika saudari perempuan sudah berkeluarga, dia akan meninggalkan nuni atau pantang dari keluarga aslinya untuk mengikuti dan mematuhi nuni dari keluarga suaminya. Sebagai kesimpulan, marga dari suku-suku kecil di daerah dawan mempunyai arti yang berjalan bersama dengan tradisi nuni. Setiap marga mempunyai tradisi dan nuni tersendiri yang unik dan mempunyai arti yang sangat signifikan dalam keluarga itu. Nuni sebangai salah satu tradisi lisan yang sudah di pegang turun temurun sebagai warisan dari para leluhur keluarga tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman