KURIKULUM MERDEKA, BERKAT ATAU DOSA ?? - SOE POST

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Rabu, 28 Februari 2024

KURIKULUM MERDEKA, BERKAT ATAU DOSA ??



Penulis : Semuel Radja Pono, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri Nunbena
Editor : Yabes Nubatonis 

Pendidikan merupakan sebuah pintu perubahan bagi seluruh masyarakat, selain itu pendidikan merupakan jendela untuk masyarakat lebih mengenal tentang dunia yang lebih luas dari apa yang pernah dilihat.


Dengan adanya pendidikan maka masyarakat bisa mempelajari kultur dan budayanya sendiri secara terperinci, bahkan mampu mengadaptasikan dan mengkolaborasikan peradaban yang dimiliki dengan peradaban lain yang di pelajari dari berbagai sumber yang di temui. 


Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sekelompok masyarakat dapat dilihat dari tingkat peradaban pendidikan masyarakat tersebut. Dengan adanya pendidikan masyarakat mulai matang dalam berolah pola pikir, sehingga mampu mendongkrak perekonomian masyarakat sampai pada kesejahteraan dari masyarakat itu sendiri.


Dengan konsep itulah maka pemerintah menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan secara signifikan dan efesien, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa “Setiap Warga Negara Berhak Mendapat Pendidikan”. Dengan demikian maka pemerintah mengelola dan mengembangkan pendidikan secara formal dengan tujuan agar masyarakat yang telah mengecap dunia pendidikan dapat menggunakan kapasitas pola pikirnya secara luas untuk meningkatkan kesejahteraan nya bahkan orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu pemerintah dengan berbagai cara mengembangkan sistem pendidikan yang lebih moderen dan sesuai dengan kebutuhan. 


Hal ini bukan hanya dengan pengembangan secara infrasturktur dari lembaga-lembaga pendidikan, tetapi juga mengarah pada sistem pengembangan pendidikan itu sendiri dalam hal ini kurikulum.


Menelisik Sejarah pengembangan kurikulum sendiri, sebenarnya sejak tahun 1947 sampai sekarang ini sudah terjadi 11 kali perubahan kurikulum yang di lakukan, dimana kurikulum 1947 atau yang dikenal dengan Rencana Pelajaran merupakan cikal bakal perkembangan kurikulum sampai sekarang ini. Yang menjadi pertanyaan bagi kita yaitu mengapa kurikulum mesti dirubah? Hal ini dikarenakan kurikulum harus bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan masyarakat pendidikan itu sendiri. Oleh sebab itu kurikulum lama sulit diadaptasikan pada kebutuhan pendidikan jaman sekarang, apalagi kita telah masuk pada jaman masyarakat milenial yang kehidupannya nya bergantung pada sistem digitalisasi yang sangat tinggi.


Kehidupan digitalisasi ini pula yang telah merambat masuk dalam dunia pendidikan, karena kebutuhan masyarakat yang begitu tergantung terhadap perkembangan digital, maka pemerintah melihat bahwa sistem pendidikan juga perlu berevolusi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat, pendidikan yang dikembangkan dengan fasilitas digital dianggap lebih memadai dan mampu menjawab segala tantangan yang ada. Paling tidak masih teringan dalam benak kita sejak tahun 2013 sampai sekarang ini telah terjadi tiga kali perubahan kurikulum dengan berbagai macam revisi dengan tujuan penyempurnaan. Dikala dunia dibuahi oleh Covid-19 maka pada saat itu dunia pendidikan mengalami dampak yang paling besar, dimana program pemerintah untuk menerapkan pembatasan tatap muka tanpa harus mengesampingkan mutu pendidikan itu sendiri, maka lahirlah kurikulum prototipe, sebagai cikal bakal lahirnya kurikulum merdeka yang dimana pengembangan pembelajarannya lebih menitik beratkan pada penggunaan digital sebagai solusi pembelajaran.


Selain penerapan teknologi dalam metode pembelajaran kurikulum merdeka juga merupakan kurikulum yang dikembangkan untuk mempermudah siswa maupun guru dalam mengelola sistem pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak terikat terhadap sistematik prosedur administrasi pembelajaran yang lebih mengarah pada ranah administrasi daripada output nya. Selain itu kurikulum merdeka juga dibuat dengan tujuan agar guru tidak hanya habis dalam pengembangan administrasi pembelajaran yang terlalu banyak dan rumit, sehingga mengesampingkan tugas guru dalam memberikan pembelajaran sebagai hal utama dari profesi guru itu sendiri.


Tetapi yang menjadi pertanyaan apakah kurikulum merdeka, telah membuat para guru merasa merdeka dari segala administrasi yang membelitkan guru dalam mengembangkan talentanya sebagai pendidik dalam proses pembelajaran? ataukah kurikulum merdeka hanyalah sebuah simbol semata yang hanya mampu memerdekakan sekelompok siswa dalam belajar, sebaliknya memenjarakan guru dalam segala metode yang wajib dijalankan oleh guru itu sendiri dalam sebuah platform yang dikenal dengan PMM atau Platform Merdeka Mengajar. Selain itu Platform Merdeka Mengajar juga menuntut para guru harus terlibat aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah terstruktur di dalam platform tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ini tidak jauh berbeda dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Selain permasalahan PMM yang menjadi ujung tombak pengembangan pembelajaran pada kurikulum merdeka, ada juga permasalahan lain yang sama urgen nya, yaitu tidak semua lembaga pendidikan yang berada di daerah-daerah siap dalam mengahadapi masa transisi kurikulum yang serba cepat dan mandiri ini, dalam penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi.


Padahal apabila kita melihat filosofi merdeka dalam kurikulum Merdeka itu sendiri mempunyai arti bahwa setiap guru memiliki kebebasan dalam mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kemampuan dari siswa maupun guru itu sendiri, sehingga terjadi kesetaraan dalam semua lini pendidikan dan menghilangkan sifat superior dan inferior dalam lingkungan Pendidikan itu sendiri. Tetapi ironinya, filosofi ini tidak berdampak bagi lembaga-lembaga pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Banyak yang terjadi di kalangan lembaga pendidikan yang berada pada daerah 3T, dimana lembaga pendidikan yang berada di daerah 3T masih belum bisa disama ratakan dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di daerah perkotaan yang penuh dengan segala kemapanan sumberdaya nya. Kita bisa melihat bahwa lembaga-lembaga pendidikan yang berada pada daerah 3T masih tertinggal baik dari sudut infrastruktur maupun sumber daya manusianya dalam hal ini guru itu sendiri. Dalam masa transisi kurikulum ini, banyak guru-guru yang berada pada daerah 3T merasa belum mampu mengembangkan pembelajaran sesuai dengan tuntutan dari kurikulum merdeka itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari masih begitu banyak guru yang berada di daerah yang belum mempunyai kemampuan yang memadai dalam mengelola teknologi secara baik.


Memang benar bahwa wabah digitalisasi telah merambat jauh kedalam pelosok-pelosok desa, tetapi dalam mengembangkan pembelajaran-pembelajaran yang lebih bersumber dari media-media digital dalam hal ini platform merdeka mengajar (PMM) dan lain sebagainya masihlah terlalu dini untuk masyarakat pendidikan di tempat tertentu dalam hal ini masyarakat pendidikan di daerah 3T, apalagi tahun ini diwajibkan untuk semua guru PNS dan PPPK agar mengisi kinerja pada platform tersebut, dan bagi guru honor dan kontrak dianjurkan agar dapat mengikuti hal tersebut pula. Hal ini menjadi momok yang paling menakutkan, karena banyak guru yang belum secara efisien mengenal bahkan menggunakan PMM itu sendiri. Oleh sebab itu hal ini perlu ditinjau kembali agar sebelum produk ini digunakan perlu dilakukan persiapan secara berkala dan terstruktur agar mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang memadai dalam hal ini guru, dalam merespon dan mengembangkan apa yang telah diprodukkan oleh pemerintah (Kurikulum Merdeka).


Perlu kita akui bahwa kurikulum merdeka yang telah dirancang oleh pemerintah telah melewati sebuah studi yang panjang. Dengan tujuan, dalam penerapan nya nanti mampu mendongkrak mutu pendidikan dengan memberdayakan perkembangan teknologi yang menjadi sorotan sentral perkembangan dunia, sehingga menciptakan generasi-generasi milenial yang berdedikasi dan berdaya saing secara global. Tetapi kita pun tidak bisa menutup mata dimana riset tentang sebuah kurikulum bukan hanya mengacu pada output dari kurikulum itu sendiri, tapi lebih mendasar pada proses bagaimana kurikulum itu bisa menjawab kebutuhan seluruh masyarakat pendidikan di negara ini. Karena apabila para pendidik dipersiapkan secara baik dan menyeluruh di semua daerah dan pelosok negeri maka perkembangan mutu akan dirasakan di semua lini negara ini.


Akan tetapi kurikulum yang merupakan berkat, apabila tidak di kembangkan dan sosialisasikan secara merata di semua jenjang pendidikan di pelosok negeri dan berharap agar para guru mampu merespon dan mempelajari secara mandiri, maka perkembangan mutu pendidikan akan timpang, karena kita tahu bahwa hanya pada daerah-daerah tertentu akan merasakan dampaknya, akan tetapi bagi daerah-daerah yang berada pada titik terluar dan tertinggal yang tidak terjamah secara visi dari kurikulum merdeka yaitu perkembangan pendidikan dengan mengedepankan kemajuan teknologi sebagai media penghantar nalar pengetahuan, akan menjadi momok dosa bagi para pendidik nya. Jadi marilah kita menyikapi secara baik terhadap perkembangan kurikulum ini, dan perlu ada upaya pemerintah untuk menjamurkan kurikulum merdeka ini secara merata, bukan hanya dengan cara menghimbau untuk para guru mencari informasi melalui platform yang sudah di rancang akan tetapi perlu adanya sosialisasi secara praktis kepada semua unsur guru, sehingga kurikulum ini tidak menjadi keluhan yang berkepanjangan bagi guru-guru yang ada di daerah. Semoga kurikulum merdeka menjadi kurikulum yang membawa berkat dan inspirasi bagi semua guru yang ada di seluruh penjuru negeri ini, bukan malah menjadi dosa dan aib bagi segelintir relawan inspirasi jiwa yang ada didaerah-daerah tertinggal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman