Save The Children: Suatu Perspektif Kristen Tentang Pentingnya Melindungi Anak - SOE POST

Berita Soe TTS

test banner

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 23 Juli 2022

Save The Children: Suatu Perspektif Kristen Tentang Pentingnya Melindungi Anak

 


(Oleh: Margarita D. I. Ottu, M.Pd.K)

Anak merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa serta sebagai sumber daya manusia di masa depan yang merupakan modal bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable development).

Menurut UU RI No. 35 tahun 2014, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam undang-undang yang sama dijelaskan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Kepentingan yang utama untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan anak harus memperoleh prioritas yang sangat tinggi. Sayangnya, tidak semua anak mempunyai kesempatan yang sama dalam merealisasikan harapan dan aspirasinya. Banyak di antara mereka yang beresiko tinggi untuk tidak tumbuh dan berkembang secara sehat, tidak mendapatkan pendidikan yang terbaik karena keluarga yang miskin, orang tua bermasalah, diperlakukan salah, ditinggal orang tua, sehingga tidak dapat menikmati hidup secara layak.

Adapun yang menjadi hak anak yang harus diberikan adalah Hak untuk Bermain, Hak untuk mendapatkan Pendidikan, Hak untuk mendapatkan Perlindungan, Hak untuk mendapatkan Nama (Identitas), Hak untuk mendapatkan Status Kebangsaan, Hak untuk mendapatkan Makanan, Hak untuk mendapatkan Akses Kesehatan, Hak untuk mendapatkan Rekreasi, Hak untuk mendapatkan Kesamaan, Hak untuk memiliki Peran Dalam Pembangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa anak-anak merupakan bagian yang penting dari masyarakat.

Beberapa ayat Alkitab mengungkapkan betapa Tuhan sangat mengasihi anak-anak (Markus 10: 14; Markus 9: 42). Tersirat alasan mengapa anak penting, karena: Anak adalah hadiah dari Tuhan (Ulangan 7: 13; Mazmur 127: 3); Orang dewasa (orangtua) menerima berkat istimewa melalui anak-anak mereka (Bilangan 5: 28; Ulangan 28: 4, 11; Ratapan 4: 2); Anak sangat diinginkan (Kejadian 9: 7; Ulangan 6: 3; Lukas 1: 24-25); Anak-anak perlu diajarkan soal mengenal dan membangun relasi dengan Tuhan (Keluaran 12: 26, 37; Ulangan 4: 9-10; 6: 1-7; 31:12-13; Mazmur 78: 4-6; Amsal 22: 6); Anak penting sekali memiliki hubungan yang berbuah di dalam Tuhan (Amsal 8: 32; 19: 26; Yeremia 2: 30; 3: 22; Efesus 6: 1; Kolose 3: 20); Anak sangat bernilai dimata Tuhan karena itu Dia memerintahkan orangtua untuk melindungi mereka (1 Samuel 20: 42; Ezra 8: 21); Tuhan mau mempunyai hubungan yang asli dengan anak-anaknya (Maleakhi 2: 15; Matius 21: 15; Markus 10: 13-16); Ungkapan sayang Tuhan kepada anak-anak cukup mengungkapkan kalau mereka perlu menerima disiplin (Amsal 3: 11-12; 13: 24; 19:18; 23: 13; 29: 15-17; Efesus 6: 4); Tuhan senang dengan kealamiahan dan karakter anak (Matius 18: 3; 19: 14; Filipi 2: 15).

Anak-anak secara negara punya hak yang sama seperti masyarakat dewasa lainnya. Alkitab pun juga tidak mengesampingkan peran anak-anak. Secara jelas terdapat lebih dari 100 kata “anak” yang digunakan, dan banyak kisah di Alkitab yang melibatkan anak-anak di dalamnya. Tapi, sayangnya banyak juga kisah di Alkitab yang menceritakan tentang pengabaian dan eksploitasi anak di masa itu.  Seperti yang dikisahkan  bahwa disita atau digadai karena miskin (Ayub 24:9); Lapar dan telanjang (Ayub 24:10); Trafficking dan pelacuran (Yoel 3:3); Penyalahgunaan (Amos 2:7); Mengorbankan anak (Yeremia 32: 35).

Anak adalah milik pusaka Tuhan yang diperhatikan dan dilindungi oleh Tuhan. Dalam Matius 18, Yesus berkata bahwa barangsiapa menyesatkan anak-anak maka lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Tuhan tahu bahwa anak adalah manusia tidak berdaya dan milik pusaka-Nya. Tuhan mau kita melayani anak-anak dengan segenap hati karena Dia punya perhatian yang sangat besar kepada anak-anak.

Anak seperti anak panah di tangan pahlawan, yang pertama anak panah itu harus lurus. Yang kedua harus kuat. Tuhan mau anak-anak yang dikaruniakan kepada kita entah itu anak kandung maupun anak-anak rohani kita menjadi anak yang lurus hidupnya dan kuat, baru dia bisa menjadi anak panah di tangan pahlawan. Orang tua, guru-guru di sekolah, pendeta, guru sekolah minggu, adalah para pahlawan yang mempunyai peran yang besar dalam membentuk anak.

Menyikapi tingginya angka kekerasan terhadap anak menjadi tantangan terbesar bagi setiap elemen baik Keluarga, Gereja, Lembaga Pendidikan maupun Pemerintah. Ironisnya, berbagai aturan pun telah dikumandangkan, frekuensi sosialisasi pun banyak digaungkan tapi seakan tak mampu memberikan efek jerah. Akankah kita sebagai orang dewasa terus berpangku tangan dan hanya mampu melontarkan kata “kasihan” kepada mereka (anak) yang tertindas?

Anak hidup dalam suatu konteks yaitu rumah, Gereja, kerabat dan kebijakan pemerintah. Kehidupan di rumah akan mempengaruhi anak jika hubungan orang tua kurang harmonis maka akan mempengaruhi kejiwaan anak. Jika gereja tidak punya program pembinaan anak yang baik maka akan mempengaruhi pertumbuhan rohani anak. Jika sekolah, guru-gurunya tidak mempersiapkan pengajaran dengan baik dan memberikan teladan maka akan mempengaruhi anak. Kerabat dan kebijakan pemerintah juga mempengaruhi anak dan anak tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, ada konteks lingkungan yang mempengaruhinya. Selain dipengaruhi maka anak bisa mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.

Prinsip dasar dalam Alkitab bagi keluarga Kristen dalam melindungi anak yaitu (1) mengajar dengan membicarakan (Ulangan 11:19) menjadi tanggung jawab setiap orangtua untuk membicarakan Firman Tuhan kepada anak dan berusaha menuntun anak pada hubungan yang setia dengan Tuhan dan takut akan Tuhan; (2) menjadi pendidik (Amsal 21:3) setiap orang tua perlu mengajarkan nilai-nilai luhur keimanan ataupun moralitas kepada anak serta mengkondusifkan proses internalisasinya. Orang tua sebagai pendidik perlu membentuk rutinitas anak dalam keluarga, memantau kegiatan anak, dan menciptakan lingkungan ramah bagi anak; (3) menjadi teladan (2 Timotius 1:5) menjadi teladan yang baik dalam sebuah keluarga merupakan suatu komitmen.

Sebuah pernyataan “Strong Parents, Strong Children” mengisyaratkan bahwa sasar atau tidak sadar dilakukan oleh orang tua sehingga sikap yang positif terlihat dari perspektif anak dan akan memberikan pengaruh sampai kepada keturunan anak cucu. Howard Hendrik menyatakan dalam bukunya “bahwa Anda tidak dapat memberikan apa yang Anda tidak ketahui. Anda tidak mengajarkan kepada anak Anda, apa yang belum Anda ketahui sebelum seorang Ayah atau Ibu dapat membina keinginan anaknya terhadap hal-hal rohani, terlebih dahulu ia sendiri harus mempunyai pengalaman rohani dengan Kristus; menjadi keluarga Cyber Smart  yaitu orang tua perlu berubah secara cerdas untuk mengajar anaknya sebagai generasi Z. Orang tua dituntut untuk berubah dan menyesuaikan strategi pengajaran dengan tantangan dan kebutuhan anak generasi Z.

Salah satu strategi adalah menjadi keluarga Cyber Smart yaitu keluarga yang mampu memetik berbagai keuntungan dan manfaat dari kemajuan teknologi dan meminimalisasikan efek negatif yang mengikutinya. Orang tua tidak dapat menarik anak untuk menjauhi perkembangan teknologi tetapi orang tua haus ikut serta dalam dunia anak, orang tua harus mendampingi dan mampu untuk memilah setiap informasi yang diperoleh dan membimbing anak dalam mengikuti perkembangan. Oleh karena itu, orang tua wajib melatih dan mendidik anak dan sebagai orang dewasa harus mengasihi, menghormati dan menyambut anak-anak.

Sulit bagi kita untuk melindungi anak-anak kalau cara pandang kita tidak benar. Melindungi anak sudah pasti melayani anak, tapi melayani anak belum tentu melindungi anak. Mari bergandengan tangan bersama mewujudnyatakan generasi anak yang mengasihi Tuhan, mencintai Firman Tuhan dan misioner.

“Anak Terlindungi, Indonesia Maju” bukan sebatas jargon tetapi menjadi suatu tuntutan bagi setiap elemen dalam memberikan kepedulian untuk terpenuhinya hak-hak Anak. Anak butuh dilindungi (Save the children), Anak butuh suatu kenyaman (Make them better place) karena apa yang penting bagi Anak menjadi penting bagi kita. Selamat merayakan Hari Anak Nasional 23 Juli 2022.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman