Kembali Pulang - SOE POST

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 09 Januari 2024

Kembali Pulang



Penulis : Elfrida Kerek
Editor : Yabes Nubatonis 


01 Januari 2024. 00:10

Semua ucapan selamat tahun baru terdengar di mana – mana. Bunyi petasan riuh sekali. Meriah. Gegap gempita. Sorak sorai tanda suka cita yang teramat sangat. Malam ini adalah malam perpindahan, peralihan dari tahun yang lama, yang telah berlalu dan masuk pada tahun baru.

Aku sendiri di kamar ku. Sebait doa baru saja ku naikkan. Doa syukur ku pada Sang Pemilik kehidupan ini. Baru saja aku akan beranjak dari ranjang ku, ku dengar ponsel ku berbunyi, dengan senyum aku menjawab panggilan itu.

“Selamat tahun baru ka…….” Rena dan Erna berseru hampir bersamaan.

“Selamat tahun baru juga….Mama mana?” 

Erna segera mengarahkan kamera ponsel ke arah Mama. Mama menatap ku. Tersenyum dan hanya dalam hitungan detik, ku lihat air mata Mama mengalir. Ku kumpulkan kekuatan sebanyak mungkin untuk membendung tangis ku, aku tak mau Mama melihat ku menangis. Dan aku berhasil menyembunyikan tangis ku. Segera ku ganti dengan senyuman lebar di wajah ku sambil berkata 

“ Selamat tahun baru Mama, Jangan nangis dong Ma……” Mama pun tersenyum dan menyeka air matanya.

Tahun ini adalah tahun baru yang paling memilukan. Karna tugas, aku tidak bisa merayakan tahun baru bersama Mama dan juga ke dua adik kembar ku. Rena dan Erna. Dan yang lebih memilukan hati, adalah Papa. Papa tidak ada di rumah. Beberapa bulan lalu Papa terkena masalah di kantornya, Papa harus ditahan oleh pihak yang berwajib.ini merupakan hal yang membuat Aku, Mama dan si kembar benar – benar terpukul. 

Papa bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan ternama. Papa termasuk salah satu manager terbaik di perusahaan itu. Hidup keluarga kami sangat berkecukupan bahkan bisa dikatakan berkelebihan. Mama adalah seorang Ibu Rumah tangga, karna menurut Papa, dengan penghasilan Papa, Mama tidak perlu bekerja lagi. 

Namun, Takdir hidup siapa yang sangka. Papa terkena masalah dan harus berada dalam tahanan. Hati kami sangat hancur. Kami sangat kalut, sedih dan entah apa lagi. Sejak saat itu, keuangan keluarga kami mulai goyah, dan akhirnya aku harus menjadi penopang  keluarga, menggantikan posisi Papa. Meskipun aku tidak tinggal sekota dengan Mama dan adik – adik ku.

Setelah bercerita beberapa menit dengan Mama dan si kembar, ku matikan ponsel ku. Aku membaringkan tubuh ku di atas ranjang ku. Ku pejamkan mata ku sesaat, mengingat kembali setahun yang baru saja berlalu. Di awal tahun, keluarga kami sangat bahagia. Papa meraih beberapa prestasi dan mendapat banyak penghargaan dari perusahaannya, aku diterima di tempat kerja ku yang sekarang dengan gaji yang tidak sedikit, si kembar menamatkan pendidikan di bangku SLTA dan berhasil masuk perguruan tinggi negeri, bahkan Erna berhasil masuk lewat jalur mahasiswa berprestasi dan mendapatkan beasiswa. 

Semua begitu indah, nyaris sempurna. Namun, di pertengahan tahun, kami dikejutkan dengan berita tentang Papa. Saat itu tak ada apa pun yang dapat menggambarkan keadaan hati dan hidup kami selain air mata dan pelukan. Dalam pejaman mata ku, ku ingat benar, hari di mana Papa pamit pada Mama, Rena dan Erna dan Papa tidak kembali lagi sampai pada saat ini. Malam tahun baru ini, aku menangis. Hati ku terasa perih, hancur dan sakit sekali. Apa lagi di saat aku membayangkan wajah Mama dan adik ku si kembar, mereka harus merayakan malam tahun baru tanpa Papa dan aku pun tak berada di sana. Aku menangis. Air mata ku sepertinya tak ingin berhenti, air mata ini terus mengalir membasahi wajah ku, aku ingin sekali menghentikannya namun aku tak mampu. 

Tangis ini terus hadir, seolah – olah  ia sepakat dengan rasa perih di hati ku. Mereka seolah berlomba, semakin perih rasa di hati ku, semakin deras air mata ku tumpah….. dan ternyata ku sadari, selama beberapa bulan terakhir ini sejak Papa ditahan, aku sudah sangat memaksakan jiwa dan raga ku agar kuat dalam menghadapi kenyataan pahit ini. Aku harus kuat demi Mama dan ke dua adik ku. Tapi ….. ternyata aku salah…. Semua di dunia ini punya batasnya termasuk kuat ku yang terus ku paksakan. Harus ku akui bahwa aku tidak sanggup lagi. Dan sepertinya hanya air mata ini yang nanti mampu menghadirkan kekuatan itu lagi. 

Jadi, malam ini, di moment tahun baru ini ku biarkan diri ku menangis. Sambil ku panjatkan harap pada Tuhan

“Tolong…..bawa segera Papa ku kembali pulang.”      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman